Search This Blog

Wednesday, 17 October 2018

Fenomena Gereja Masa Kini



FENOMENA GEREJA MASA KINI
Pdt. Jusuf Hutapea
Gereja menjadi ajang untuk mempromosikan model teologi dan model ibadah untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya. Tidak jarang ada saling menghakimi antara gereja sebagai tubuh Kristus. Gereja lebih sibuk memperdebatkan hal-hal yang tidak begitu esensial.
Setiap kiasan yang dipakai untuk melukiskan gereja adalah untuk menjelaskan kesatuan gereja. Kesatuan gereja merupakan hal yang esensial. Gereja dilukiskan sebagai “tubuh Kristus”  adalah untuk menjelaskan kesatuan orang-orang percaya sebagai anggota tubuh Kristus. Tubuh Kristus yang begitu sempurna, lengkap dan indah, bukan hanya luka tergores, tetapi menjadi tersayat-sayat dan terpotong-potong. 
Konsep tubuh Kristus merupakan dasar untuk melihat gereja sebagai organisme dan bukan sebagai organisasi. Organisme berperan untuk menciptakan dan mempertahankan persekutuan dan persatuan jemaat. Tetapi organisasi lebih berpeluang untuk menciptakan perpecahan ditengah-tengah gereja, baik secara internal (sesama organisasi) maupun eksternal (dengan organisasi gerja lain). Jika gereja dilihat sebagai organisme, maka yang ditekankan di sana adalah kualitas persekutuan orang beriman, dan dalam persekutuan itu mereka tidak mengenal Yahudi dan bukan Yahudi, budak atau orang merdeka, wanita atau pria  (Gal. 3:28), karena persekutuan itu telah mempersatukannya.
Melihat fenomena terhadap gereja Tuhan di tengah zaman yang mengalami perubahan, telah membawa gereja kepada pemikiran yang sulit. Artinya bahwa ada segudang pertanyaan yang dapat dilontarkan kepada gereja. Di mana Gereja senantiasa berubah dan bergeser dari subtansinya. Untuk itu Gereja perlu mengevaluasi kembali dirinya sesuai dengan perfekstif Perjajian Baru.  Gereja dewasa ini perlu melihat kembali apa tujuan Allah bagi pendirian gereja di dunia ini. Gereja itu mempunyai esensinya sendiri yang harus dipertahankan. Zaman boleh berubah tetapi esensi gereja sebagai alat dan lembaga Tuhan di dunia ini harus tetap dipertahankan.
Fenomena yang kedua gereja dewasa ini, banyak anggota jemaat bersikap pasif, hanya menjadi penonton saja, dan tidak tahu apa tujuannya sebagai jemaat atau anggota gereja. Jemaat merasa sudah cukup untuk menghadiri kebaktian minggu saja. Semakin sedikit orang yang bersedia untuk terlibat dalam pelayanan, karena mereka tidak mau dibebani oleh tugas-tugas gerejawi. Fenomena ini diakibatkan karena kurangnya pemahaman jemaat tentang fungsi dan tugas panggilan gereja di dunia ini. Akhirnya karena fenomena seperti ini, dampak gereja bagi dunia luar kurang berpengaruh. Untuk itu Gereja perlu mendemonstrasikan visinya, supaya rencana dan pekerjaan Allah tergenapi melalui panggilan-Nya bagi Gereja.
Fenomena yang ketiga gereja dewasa ini adalah, gereja sebagai organisasi lebih banyak menghabiskan waktu untuk berorganisasi dengan berbagai macam kegiatan. Banyak dana dan tenaga yang habis hanya merealisasikan program-program gereja sebagai organisasi. Sehingga sering sekali masalah keuangan paling banyak menyita perhatian ketimbang masalah pelayanan gereja. Tanggung jawab gereja seharusnya yang utama dan yang paling banyak menyita pikiran dan waktu seluruh jemaat adalah untuk memenuhi tugas panggilan Tuhan yaitu; menginjili, bersekutuan dan mengabdikan diri kepada Tuhan. Oleh karena itu Gereja harus mengutamakan tugas Panggilannya ketimbang urusan Gereja sebagai organisasi. Perlu diperhatikan dan dipahami bahwa Gereja bukan sekedar sebagai organisasi seperti sekuler, tetapi merupakan organisme. Dimana dalam pelayanan Gereja sebagai organisasi ada kehidupan. Melalui organisasi Gereja, penginjilan, pelayanan sosial dan persekutuan harus hidup.  
Fenomena yang keempat adalah, kadang-kadang ada beberapa Gereja menganggap dan mengklaim gerejanya yang benar. Sehingga sering terjadi perpecahan Gereja sebagai tubuh Kristus. Hal ini sering sekali membuat Gereja bersoal masalah dogma, liturgis dan organisasi, tetapi kadang-kadang subtansi Gereja jadi terabaikan. Oleh karena persoalan dogma sehingga Gereja mengalami perpecahan. Oleh karena liturgis Gereja yang berbeda sering sekali membuat Gereja tidak duduk bersama dan bekerja sama dalam pelayanan. Menurut penulis fenomena ini perlu di kritisi dan di evaluasi oleh gereja, supaya jangan karena persoalan yang tidak perlu sehingga menghilangkan subtasi gereja. Sehingga kesatuan Gereja dapat terus dipertahankan jika gereja sama-sama fokus dan bekerja sama melaksanakan tugas panggilannya tanpa melihat perbedaan dogma, liturgis dan organisasinya.

No comments:

Post a Comment

Jagalah Hatimu