Khotbah
Mazmur 23: 1 – 6
Tema: HIDUP
TANPA DIGEMBALAKAN TUHAN ADALAH HIDUP TANPA ARTI
(Pdt. Jusuf
Hutapea)
(Menurut Rikc Warren: Tanpa Allah, kehidupan tidak
memiliki tujuan, dan tanpa tujuan, kehidupan tidak memiliki makna. Tanpa makna,
kehidupan tidak memiliki harapan/arti)
I. Pendahuluan
Sengaja saya mengusulkan tema agak
abstrak/melebar dari nats, untuk memusatkan pendengar khotbah memahami, betapa
buruknya hidup tanpa digembalakan Tuhan. Dan betapa indah dan bermaknanya hidup
ketika digembalakan Tuhan. Jadi saya ingin Tuhan bukan sekedar jawaban atas
perseoalan hidup jemaat dan kita, tetapi menjadi makna dan tujuan hidup kita.
Akhirnya jemaat dan kita boleh menyedari kehidupan yang semakin suram dan susah
ini akan semakin gersang dan terlunta-lunta jika kita tidak menyerahkan kepada
Tuhan Sang Gembala. Akhirnya, pengalaman Daud dalam Mazmur ini dalam menjiwai
Tuhan itu boleh hadir dalam setiap pengalam hidup kita bersama Tuhan.
Sebagai nyanyian yang mengungkapkan
kepercayaan, mazmur ini tidak memiliki bandingan sejenis atau seangkatan. Mustahil untuk memperkirakan
pengaruhnya terhadap manusia sepanjang abad. Pernyataan iman yang kuat ini
telah menghalau dukacita, kesedihan, dan keraguan. Damai sejahtera, kepuasan,
dan penyerahan hidup kepada Tuhan telah menjadi berkat bagi orang-orang yang
ikut merasakan keyakinan luhur pemazmur. Kendatipun bahasanya sederhana dan
maknanya jelas, tidak seorang pun mampu memahami seluruh pesan sang penyair atau
memperbaiki keindahannya. Di tengah-tengah persoalan hidup Daud, mengungkapkan
indahnya hidupnya digembalakan oleh Tuhan. Sekalipun Daud punya alasan untuk
menangis karena beratnya beban hidupnya, namun dia memilih lebih tenang dalam
tuntunan Tuhan sebagai gembala Agung. Kalau kita mengikuti dalam Mazmur 22,
Daud begitu gundah gulana. Daud berseru kepada Tuhan dengan mengatakan: ‘Ělî Ělî lãmã ‘azabtãnî (Allahku,
Allahku mengapa Engkau meninggalkan aku/ini juga yang dikutip Tuhan Yesus dalam
bahasa Aram ketika diucapkan di kayu salib). Ungakapan ini benar-benar
menunjukkan beban Daud yang begitu berat. Namun perlu kita perhatikan,
kata-kata ini tidak kehilangan iman bahka ketika Daud menceritakan bahwa Tuhan
menjauh dan tidak menolong dia. Namun setelah Daud merenungkan perbuatan Tuhan,
akhirnya ikrar ini (Mazmur 23) merupakan peralihan dari penggambaran mengenai
penderitaan dan seakan Tuhan jauh menjadi ekspresi berisi pernyataan iman.
Dalam nats ini, Daud mengakui bahwa dia bergantung kepada Tuhan dan menjadikan
Tuhan adalah gembala yang mengatur hidupnya.
Kita juga hidup di dalam dunia yang
banyak, bahkan begitu banyak, orang-orang yang dilanda perasaan takut, cemas
dan mengalami berbagai penderitaan. Ada yang takut akan masa depan, cemas
tentang apa yang akan terjadi. Ada yang takut akan masa lalu, cemas akan apa
yang telah terjadi. Ada juga yang takut akan masa kini, kecemasan begitu
melanda jiwa mereka dan mereka tidak dapat membayangkan bagaimana mereka dapat
mengatasi berbagai situasi buruk yang tengah mereka hadapi di dalam hidup
mereka. Ribuan orang setiap hari terbangun dengan beban-beban tersembunyi untuk
ditanggung dan juga kecemasan yang harus mereka hadapi. Apakah kita juga
demikian? Apakah kita dengan diam-diam sedang menanggung suatu beban berat?
Bagaimana dengan kita? Apakah kita
juga sedang cemas akan keuangan kita? Mungkin bagi kita, ini adalah area yang
menyerap perhatian yang sangat besar, tetapi kadangkala kita tergelincir dari
perhatian kepada kecemasan, dan akhirnya dikuasai oleh pemikiran tentang tidak
adanya jaminan akan masa depan. Kita mungkin memiliki anak-anak yang masih
dalam pendidikan (hari ini UN yang di tingkat SMP) dan kita tidak tahu
bagaimana harus mencukupi kebutuhan mereka, sementara kita memiliki
keterbatasan kesehatan dan lain-lain. Atau kita memiliki persoalan hipotek,
atau terjerat masalah asuransi dan cemas akan masa depan kita.
Maka pertanyaan yang timbul adalah,
“Bagaimana Allah menghendaki saya untuk menanggapi kecemasan dalam hidup saya?
Seperti pertanyaan-pertanyaan besar lainnya di dalam hidup ini, Alkitab
menyediakan kita jawabannya. Kali ini jawabannya datang dari kehidupan Daud.
Daud mengatakan, melalui ilustrasi di dalam Mazmur 23, bahwa sungguh terdapat
suatu cara yang membangun dan menghormati Allah dalam menanggapi kecemasan
dalam hidup ini. Ia mendorong kita untuk mempercayai Allah sebagai Gembala yang
baik dan setia, dan bersukacita dalam anugerah-Nya. Meskipun harus dikatakan
bahwa menanggapi Allah dengan cara ini tidak menjamin bahwa masalah-masalah
kita akan terpecahkan, namun Allah akan memberikan keyakinan mengenai apa yang
dilakukan-Nya di dalam kehidupan kita. Ia akan meyakinkan kita, sebagaimana
dilakukan-Nya terhadap Daud, bahwa Dialah yang sedang memimpin hidup kita.
Dialah satu-satunya yang mengendalikan segala sesuatu dengan berbagai situasi.
Hal ini akan membawa kita kepada damai sejahtera-Nya dan kesadaran bahwa “Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Mazmur ini terbagi ke dalam dua
bagian utama, masing-masing memberikan jawaban bagi pertanyaan kita tentang
kekhawatiran. Empat ayat pertama berfokus pada Allah sebagai Gembala yang baik
dan setia bagi umat-Nya, mendorong kita untuk mempercayai-Nya seperti itu.
Bagian kedua tidak dari dua ayat terakhir, memfokuskan perhatian kita pada
Allah sebagai tuan rumah yang murah hati, yang menyediakan suatu hidangan yang
berlimpah bagi tamu-tamu-Nya, dan membawa kita kepada sukacita atas
anugerah-Nya bagi kita.
II. Penjelasan Nats
1. Percayakan Hidupmu Kepada Allah
Sebagai Gembala
Siapa yang memimpin/atau mengatu
hidup kita? Ise do mangatur ngolunta? Secara
teoritis berpendapat dan menjawab, Tuhan. Tetapi kita sering berjalan hanya
berdasarkan keinginan dan kehendak kita. Apakah kita izinkan Tuhan mengatur
hidup kita? Jadi menurut hemat saya masih sering kontras antara pengakuan dan
kelaukan. Namun Daud mengalami dan berkata: Tuhan adalah gembalaku. Kata-kata
ini dilatarbelakangi oleh pengalaman panjang mempercayai Allah. Gambaran
tentang gembala yang setia merupakan satu contoh pemeliharaan penuh, perhatian
dan penjagaan tak berkesudahan. Ciri yang paling khusus dari metafora ini ialah
bimbingan yang bijaksana dari sang Gembala. Dia membimbing ketempat yang tenang
dan menyegarkan, melewati pergumulan-pergumulan hidup dan melalui tempat-tempat
berbahaya. Dengan demikian gembala menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup dan
melindungi dari rasa takut akan bahaya. Jadi ungkapan Tuhan adalah gembalaku,
adalah ungkapan dari satu hubungan yang sangat berharga antara kita dengan
Allah.
Kemudian kata Tuhan adalah gembalaku
dikuti denga pernyataan “takkan kekurangan aku” dalam Bahasa Inggris berkata: “I
shall not want”. Bukan
berarti kita memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan. Bukan itu maksudnya.
Tetapi ketika Tuhan menjadi gembala hidup kita, semua terasa cukup. Karena
cukuplah kasih karunia dan penggembalaan Tuhan dalam hidup kita. Itu sebabnya
dikatakan I shall not want (aku
takka akan ingini/mau apapun). Maksudnya disini ketika Tuhan gembala kita semua
terasa cukup dan tak memaui yang lain. Pertanyaan kritis yang datang
kepada kita adalah bukan mengapa saya selalu kekurangan, tetapi apakah Allah
sudah menjadi gembala kita. Kalau Allah gembala kita, tentunya dalam hidup kita
harus ada rasa cukup. Gembala berarti dia yang berotoritas menuntun kita dan
kita membiarkan Tuhan menuntun kita. Penyerahan kita menunjukkan bagaimana kita
membiarkan kedaulatan Allah yang mengatur langkah dan arah hidup kita dan bukan
diri kita sendiri dan itulah kehidupan yang takkan kekuarangan dalam arti
terasa semuanya cukup tanpa yang lain (I
shall not want). Jadi kita harus berpikir lebih kristis maksud nats ini:
supaya tidak ada kesalah pahaman bahwa bagian ini sangat melegakan hati..seolah
kita dijanjikan suatu janji terindah, takkan kekurangan bukan berarti…takkan
kekurangan mobil, uang, rumah, dan lain-lain. Karena orang yang memiliki mobil
seratus pun belum tentu merasa cukup, mungkin masih merasa kekurangan. Karena
rasa cukup itu dan nyaman dalam segala situasi hidup, menurut hemat saya hanya
orang yang menyerahkan hidupnya kepada tuntunan Tuhan dan menjadikan Allah
gembala hidupnya.
Sehinggan nats ini bukan jaminan
kemudahan menjadi orang Kristen yang selalu dipenuhi segalanya..Tetapi kita
juga harus menyadari, bahwa apa yang diinginkan manusia, belum tentu itu
merupakan kebutuhannya. Hanya Yesus Gembala yang mengenal kebutuhan yang
terdalam bagi kita yang dipeliharaNya.
2. Digembalakan Oleh Tuhan Akan Merasakan Perlindungan
Daud
mengungkapkan berbagai hal yang dialami bersama dengan Tuhan. Dia berkata bahwa
Tuhan menyegarkan jiwanya. Jiwa adalah bagian dari hidup kita yang perlu
mendapat perhatian khusus. Terlebih sebagai wanita yang diciptakan memiliki
sifat dasar melankolik, perasa, dan pikiran, membuat kita terus bergumul dengan
masalah jiwa/hati. Begitu rumitnya hati ini dan begitu dalam sampai kadang kita
tidak dapat memahami misteri hati kita sendiri. Jiwa sangat mudah untuk
dipengaruhi, mudah gelisah dan mudah mengikuti keinginan daging daripada roh.
Oleh karena itu jiwa butuh dilatih. Jiwa akan kuat hanya dengan latihan. Saat
kita belajar melepaskan pengampunan, jiwa kita akan memberontak. Memang jiwa
selalu terpengaruh oleh berbagai situasi hidup ini. Maka tanpa kita sadari
seringkali jiwa itu tersiksa dan tertekan atau bahkan terluka. Namun ketika
Tuhan menjadi gembala hidup kita, maka jiwa yang sarat dengan tekanan itu akan
disegarkan.
Kemudian
Daud berkata, bahwa Tuhan akan menuntun di jalan yang benar. Memang menuntun
adalah sikap yang sangat penting dari gembala. Namun kita yang secara teoritis
berpendapat bahwa Tuhan adalah gembala kita, namun kita membrontak dituntun
Tuhan ke jala yang benar. Sifat membrontak dan mengikuti pikiran kita masih
lebih menguasai hidup kita. Ungakapan Daud yang berikut bahwa sekalipun
berjalan dalam lembah kekelaman, kita tidak takut bahaya karena Tuhan beserta
kita. Tuhan adalah gembala yang bertanggunjawab menyertai kita dan memberi
perlindungan meskipun melintasi fase-fase kehidupan yang sangat berbahaya atau
kristis. Tidak perlu takut terhadap serigala kekurangan, serigala kesulitan
hidup, dan serigala-serigala lain dalam hidup ini. Mari menjaminkan hidup
dituntun oleh Tuhan sebagai gembala kita tidak perlu takut. Karena gada dan
tongkat Tuhan akan memenangkan/melindungi kita dan menyegarkan jiwa kita dalam
segala situasi hidup ini.
Kata
Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi
kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah adalah berbicara tentang
kemenangan. Ini merupakan cirri khas ketimuran. Bahwa yang menang selalu
diminyaki kepalanya. Orang-orang yang digembalakan oleh Tuhan akan mengalami
kemenangan dalam setiap kesusahan dan penderitaan. Di hadapan lawan pun kita
mampu menikmati hidangan dari Tuhan, apalagi di hadapan kawan. Jadi jaminan
Tuhan ini sangat logis dan bersifat absolut. Bagi kita yang digembalakan oleh
Tuhan akan menikmati kebajikan dan kemurahan. Sejalan dengan itu, harapan yang
tinggi Daud. Dia akan tetap di bersama Tuhan melalui ibadah (bdg. Yes. 40:7;
Flp. 2: 10). Itu sebabnya Daud berkata aku akan diam dalam rumah TUHAN
sepanjang masa. Karena menyadari berkat dan kebaikan Tuhan, tekad Daud akan
menyembah Tuhan secara terus-menerus di rumah Tuhan.
III. Refleksi atau Aplikasi
Khusus bagi kita para hamba Tuhan
yang juga mengemban tugas sebagai gembala, ini menjadi contoh dan teladan bagi
kita dalam menunaikan tugas gembala Jemaat. Harus ada nilai-nilai hidup sebagai
gembala yang boleh dirasakan oleh jemaat yang kita layani. Gembala yang baik
harus mau berkorban demi umat gembalaanNya. Yesus lebih jelas mengungkapkan,
bahwa gembala yang baik adalah yang rela mengorbankan nyawaNya untuk
domba-dombanya (untuk lebi8h rinci kita boleh baca 1 Petrus 5: 1-3).
Kemudian, kita juga sebagai
orang-orang yang menyerahkan hidup dalam penggembalaan Tuhan Yesus akan memberi
kita pandangan tentang Tuhan sehinggan kita tidak takut di masa-masa krisis,
memberi pengharapan di masa-masa keputusasaan, damai sejahtera di masa-masa
kesedihan. Dunia tempat kita tinggal adalah medan pertempuran anatar kebencian
yang dalam dan kasih yang luar biasa. Pertempuran kebaikan dan kejahatan.
Situasi hidup yang sering menyulitkan kita. Namun Allah yang Mahabijak tidak
selalu campur tangan untuk mencegah kesulitan menghampiri hidup kita. Ia
menjadi gembala bukan berarti mengahapus semua penderitaan. Allah menghargai
kebebasan. Ia membiarkan pilihan-pilihan di dunia ini berjalan walaupun salah.
Karena Allah jadi gembala bukanlah membuat hidup dan situasi hidup kita seperti
robot. Ia membiarkan kita disakiti oleh pergumulan hidup dan masalah-malasah
kita, namun ingatlah bahwa Ia senantiasa ditengah-tengah kita dan beserta
dengan kita mengarungi setiap perjalanan hidup kita. Ia menangis bersama dengan
kita yang berduka, Ia menderita bersama dengan kita yang kesakitan. Namun Ia
memelihara, menguatkan, membatun, dan merangkul kita yang membutuhkan
pertolongan. Allah yang abadi itu adalah gembala yang baik yang peduli dengan
berbagai pergumulan kita, sekalipun kita berjalan dalam lembah kekelaman namun
kita tetap bersama dengan Tuhan sang gembala kita. Tuhan tidak berjanji kita
bebas dari sentuhan masalah, namun Tuhan berjanji bersama kita saat masalah itu
terjadi.
Penutup: ada
satu cerita tentang anak yang bermimpin. Si anak bermimpin bahwa Tuhan bersama
dengan dimanapun dia berada. Kemudian si anak bermimpin berjalan di tepi
pantai, namun dia terkejut karena jejak kaki hanya satu pasang. Ah..Tuhan ngak
bersama aku rupanya. Kemudian dia berkata kepada Tuhan: Tuhan, mengapa Tuhan
tidak bersama aku ketika aku berjalan di tepi pantai? Buktinya, jejak kaki
hanya satu pasang. Kemudian Tuhan berkata: Aku bersamamu nak, telapak kaki satu
pasang yang kau lihat itu adalah jejak kakiku, karena pada saat itu aku
menggendongmu. Tuhan berjanji: “dan ketahuilah, Aku akan menyertai kamu
senantiasa sampai akhir zaman” (mat. 28: 20). Sering dalam pengalaman hidup,
perasaan kita seakan hanya kita yang melakukan sesuatu maka sesuatu itu bias
kita dapatkan atau jalani. Tetapi itu hanya karena Tuhan menyertai kita. Jika
kita berdoa memohon kesembuhan dan memohon anak, dan kita belum sembuh atau
punya anak. Yang timbul dalam pikiran kita, Tuhan tidak menjawab doa kita. Pada
hal Dia sudah menjawab. Ketika kita kuat dalam keadaan sakit, itupun sudah
jawaban doa karena Tuhan menguatkan kita dalam keadaan sakit. Ketika kita belum
diberi anak, dan kita tetap percaya kepada Tuhan, itu juga sudah jawaban doa,
karena kita kuat dalam keadaan yang seperti itu. Maka tetap percaya kepada
Tuhan meskipun berat hidup ini. Mari ber-jubilate-lah
atau bersukacitalah, karena Tuhan adalah gembala yang menuntun dan bersama
dengan kita menjalani setiap proses perjalanan hidup kita. Amin.

No comments:
Post a Comment