Search This Blog

Thursday, 18 October 2018

Khotbah Mazmur 23: 1 - 6



Khotbah Mazmur 23: 1 – 6
Tema: HIDUP TANPA DIGEMBALAKAN TUHAN ADALAH HIDUP TANPA ARTI
(Pdt. Jusuf Hutapea)
(Menurut Rikc Warren: Tanpa Allah, kehidupan tidak memiliki tujuan, dan tanpa tujuan, kehidupan tidak memiliki makna. Tanpa makna, kehidupan tidak memiliki harapan/arti)
 I. Pendahuluan
            Sengaja saya mengusulkan tema agak abstrak/melebar dari nats, untuk memusatkan pendengar khotbah memahami, betapa buruknya hidup tanpa digembalakan Tuhan. Dan betapa indah dan bermaknanya hidup ketika digembalakan Tuhan. Jadi saya ingin Tuhan bukan sekedar jawaban atas perseoalan hidup jemaat dan kita, tetapi menjadi makna dan tujuan hidup kita. Akhirnya jemaat dan kita boleh menyedari kehidupan yang semakin suram dan susah ini akan semakin gersang dan terlunta-lunta jika kita tidak menyerahkan kepada Tuhan Sang Gembala. Akhirnya, pengalaman Daud dalam Mazmur ini dalam menjiwai Tuhan itu boleh hadir dalam setiap pengalam hidup kita bersama Tuhan.
Sebagai nyanyian yang mengungkapkan kepercayaan, mazmur ini tidak memiliki bandingan sejenis  atau seangkatan. Mustahil untuk memperkirakan pengaruhnya terhadap manusia sepanjang abad. Pernyataan iman yang kuat ini telah menghalau dukacita, kesedihan, dan keraguan. Damai sejahtera, kepuasan, dan penyerahan hidup kepada Tuhan telah menjadi berkat bagi orang-orang yang ikut merasakan keyakinan luhur pemazmur. Kendatipun bahasanya sederhana dan maknanya jelas, tidak seorang pun mampu memahami seluruh pesan sang penyair atau memperbaiki keindahannya. Di tengah-tengah persoalan hidup Daud, mengungkapkan indahnya hidupnya digembalakan oleh Tuhan. Sekalipun Daud punya alasan untuk menangis karena beratnya beban hidupnya, namun dia memilih lebih tenang dalam tuntunan Tuhan sebagai gembala Agung. Kalau kita mengikuti dalam Mazmur 22, Daud begitu gundah gulana. Daud berseru kepada Tuhan dengan mengatakan: ‘Ělî Ělî lãmã ‘azabtãnî (Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan aku/ini juga yang dikutip Tuhan Yesus dalam bahasa Aram ketika diucapkan di kayu salib). Ungakapan ini benar-benar menunjukkan beban Daud yang begitu berat. Namun perlu kita perhatikan, kata-kata ini tidak kehilangan iman bahka ketika Daud menceritakan bahwa Tuhan menjauh dan tidak menolong dia. Namun setelah Daud merenungkan perbuatan Tuhan, akhirnya ikrar ini (Mazmur 23) merupakan peralihan dari penggambaran mengenai penderitaan dan seakan Tuhan jauh menjadi ekspresi berisi pernyataan iman. Dalam nats ini, Daud mengakui bahwa dia bergantung kepada Tuhan dan menjadikan Tuhan adalah gembala yang mengatur hidupnya. 
Kita juga hidup di dalam dunia yang banyak, bahkan begitu banyak, orang-orang yang dilanda perasaan takut, cemas dan mengalami berbagai penderitaan. Ada yang takut akan masa depan, cemas tentang apa yang akan terjadi. Ada yang takut akan masa lalu, cemas akan apa yang telah terjadi. Ada juga yang takut akan masa kini, kecemasan begitu melanda jiwa mereka dan mereka tidak dapat membayangkan bagaimana mereka dapat mengatasi berbagai situasi buruk yang tengah mereka hadapi di dalam hidup mereka. Ribuan orang setiap hari terbangun dengan beban-beban tersembunyi untuk ditanggung dan juga kecemasan yang harus mereka hadapi. Apakah kita juga demikian? Apakah kita dengan diam-diam sedang menanggung suatu beban berat?
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga sedang cemas akan keuangan kita? Mungkin bagi kita, ini adalah area yang menyerap perhatian yang sangat besar, tetapi kadangkala kita tergelincir dari perhatian kepada kecemasan, dan akhirnya dikuasai oleh pemikiran tentang tidak adanya jaminan akan masa depan. Kita mungkin memiliki anak-anak yang masih dalam pendidikan (hari ini UN yang di tingkat SMP) dan kita tidak tahu bagaimana harus mencukupi kebutuhan mereka, sementara kita memiliki keterbatasan kesehatan dan lain-lain. Atau kita memiliki persoalan hipotek, atau terjerat masalah asuransi dan cemas akan masa depan kita.
Maka pertanyaan yang timbul adalah, “Bagaimana Allah menghendaki saya untuk menanggapi kecemasan dalam hidup saya? Seperti pertanyaan-pertanyaan besar lainnya di dalam hidup ini, Alkitab menyediakan kita jawabannya. Kali ini jawabannya datang dari kehidupan Daud. Daud mengatakan, melalui ilustrasi di dalam Mazmur 23, bahwa sungguh terdapat suatu cara yang membangun dan menghormati Allah dalam menanggapi kecemasan dalam hidup ini. Ia mendorong kita untuk mempercayai Allah sebagai Gembala yang baik dan setia, dan bersukacita dalam anugerah-Nya. Meskipun harus dikatakan bahwa menanggapi Allah dengan cara ini tidak menjamin bahwa masalah-masalah kita akan terpecahkan, namun Allah akan memberikan keyakinan mengenai apa yang dilakukan-Nya di dalam kehidupan kita. Ia akan meyakinkan kita, sebagaimana dilakukan-Nya terhadap Daud, bahwa Dialah yang sedang memimpin hidup kita. Dialah satu-satunya yang mengendalikan segala sesuatu dengan berbagai situasi. Hal ini akan membawa kita kepada damai sejahtera-Nya dan kesadaran bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Mazmur ini terbagi ke dalam dua bagian utama, masing-masing memberikan jawaban bagi pertanyaan kita tentang kekhawatiran. Empat ayat pertama berfokus pada Allah sebagai Gembala yang baik dan setia bagi umat-Nya, mendorong kita untuk mempercayai-Nya seperti itu. Bagian kedua tidak dari dua ayat terakhir, memfokuskan perhatian kita pada Allah sebagai tuan rumah yang murah hati, yang menyediakan suatu hidangan yang berlimpah bagi tamu-tamu-Nya, dan membawa kita kepada sukacita atas anugerah-Nya bagi kita.


II. Penjelasan Nats
1. Percayakan Hidupmu Kepada Allah Sebagai Gembala
Siapa yang memimpin/atau mengatu hidup kita? Ise do mangatur ngolunta? Secara teoritis berpendapat dan menjawab, Tuhan. Tetapi kita sering berjalan hanya berdasarkan keinginan dan kehendak kita. Apakah kita izinkan Tuhan mengatur hidup kita? Jadi menurut hemat saya masih sering kontras antara pengakuan dan kelaukan. Namun Daud mengalami dan berkata: Tuhan adalah gembalaku. Kata-kata ini dilatarbelakangi oleh pengalaman panjang mempercayai Allah. Gambaran tentang gembala yang setia merupakan satu contoh pemeliharaan penuh, perhatian dan penjagaan tak berkesudahan. Ciri yang paling khusus dari metafora ini ialah bimbingan yang bijaksana dari sang Gembala. Dia membimbing ketempat yang tenang dan menyegarkan, melewati pergumulan-pergumulan hidup dan melalui tempat-tempat berbahaya. Dengan demikian gembala menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup dan melindungi dari rasa takut akan bahaya. Jadi ungkapan Tuhan adalah gembalaku, adalah ungkapan dari satu hubungan yang sangat berharga antara kita dengan Allah.
Kemudian kata Tuhan adalah gembalaku dikuti denga pernyataan “takkan kekurangan aku” dalam Bahasa Inggris berkata: “I shall not want.  Bukan berarti kita memiliki segala sesuatu yang kita butuhkan. Bukan itu maksudnya. Tetapi ketika Tuhan menjadi gembala hidup kita, semua terasa cukup. Karena cukuplah kasih karunia dan penggembalaan Tuhan dalam hidup kita. Itu sebabnya dikatakan I shall not want (aku takka akan ingini/mau apapun). Maksudnya disini ketika Tuhan gembala kita semua terasa cukup dan tak memaui yang lain. Pertanyaan kritis yang datang kepada kita adalah bukan mengapa saya selalu kekurangan, tetapi apakah Allah sudah menjadi gembala kita. Kalau Allah gembala kita, tentunya dalam hidup kita harus ada rasa cukup. Gembala berarti dia yang berotoritas menuntun kita dan kita membiarkan Tuhan menuntun kita. Penyerahan kita menunjukkan bagaimana kita membiarkan kedaulatan Allah yang mengatur langkah dan arah hidup kita dan bukan diri kita sendiri dan itulah kehidupan yang takkan kekuarangan dalam arti terasa semuanya cukup tanpa yang lain (I shall not want). Jadi kita harus berpikir lebih kristis maksud nats ini: supaya tidak ada kesalah pahaman bahwa bagian ini sangat melegakan hati..seolah kita dijanjikan suatu janji terindah, takkan kekurangan bukan berarti…takkan kekurangan mobil, uang, rumah, dan lain-lain. Karena orang yang memiliki mobil seratus pun belum tentu merasa cukup, mungkin masih merasa kekurangan. Karena rasa cukup itu dan nyaman dalam segala situasi hidup, menurut hemat saya hanya orang yang menyerahkan hidupnya kepada tuntunan Tuhan dan menjadikan Allah gembala hidupnya.
Sehinggan nats ini bukan jaminan kemudahan menjadi orang Kristen yang selalu dipenuhi segalanya..Tetapi kita juga harus menyadari, bahwa apa yang diinginkan manusia, belum tentu itu merupakan kebutuhannya. Hanya Yesus Gembala yang mengenal kebutuhan yang terdalam bagi kita yang dipeliharaNya.

2. Digembalakan Oleh Tuhan Akan Merasakan Perlindungan
            Daud mengungkapkan berbagai hal yang dialami bersama dengan Tuhan. Dia berkata bahwa Tuhan menyegarkan jiwanya. Jiwa adalah bagian dari hidup kita yang perlu mendapat perhatian khusus. Terlebih sebagai wanita yang diciptakan memiliki sifat dasar melankolik, perasa, dan pikiran, membuat kita terus bergumul dengan masalah jiwa/hati. Begitu rumitnya hati ini dan begitu dalam sampai kadang kita tidak dapat memahami misteri hati kita sendiri. Jiwa sangat mudah untuk dipengaruhi, mudah gelisah dan mudah mengikuti keinginan daging daripada roh. Oleh karena itu jiwa butuh dilatih. Jiwa akan kuat hanya dengan latihan. Saat kita belajar melepaskan pengampunan, jiwa kita akan memberontak. Memang jiwa selalu terpengaruh oleh berbagai situasi hidup ini. Maka tanpa kita sadari seringkali jiwa itu tersiksa dan tertekan atau bahkan terluka. Namun ketika Tuhan menjadi gembala hidup kita, maka jiwa yang sarat dengan tekanan itu akan disegarkan.
            Kemudian Daud berkata, bahwa Tuhan akan menuntun di jalan yang benar. Memang menuntun adalah sikap yang sangat penting dari gembala. Namun kita yang secara teoritis berpendapat bahwa Tuhan adalah gembala kita, namun kita membrontak dituntun Tuhan ke jala yang benar. Sifat membrontak dan mengikuti pikiran kita masih lebih menguasai hidup kita. Ungakapan Daud yang berikut bahwa sekalipun berjalan dalam lembah kekelaman, kita tidak takut bahaya karena Tuhan beserta kita. Tuhan adalah gembala yang bertanggunjawab menyertai kita dan memberi perlindungan meskipun melintasi fase-fase kehidupan yang sangat berbahaya atau kristis. Tidak perlu takut terhadap serigala kekurangan, serigala kesulitan hidup, dan serigala-serigala lain dalam hidup ini. Mari menjaminkan hidup dituntun oleh Tuhan sebagai gembala kita tidak perlu takut. Karena gada dan tongkat Tuhan akan memenangkan/melindungi kita dan menyegarkan jiwa kita dalam segala situasi hidup ini.
            Kata Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah adalah berbicara tentang kemenangan. Ini merupakan cirri khas ketimuran. Bahwa yang menang selalu diminyaki kepalanya. Orang-orang yang digembalakan oleh Tuhan akan mengalami kemenangan dalam setiap kesusahan dan penderitaan. Di hadapan lawan pun kita mampu menikmati hidangan dari Tuhan, apalagi di hadapan kawan. Jadi jaminan Tuhan ini sangat logis dan bersifat absolut. Bagi kita yang digembalakan oleh Tuhan akan menikmati kebajikan dan kemurahan. Sejalan dengan itu, harapan yang tinggi Daud. Dia akan tetap di bersama Tuhan melalui ibadah (bdg. Yes. 40:7; Flp. 2: 10). Itu sebabnya Daud berkata aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa. Karena menyadari berkat dan kebaikan Tuhan, tekad Daud akan menyembah Tuhan secara terus-menerus di rumah Tuhan.


III. Refleksi atau Aplikasi
Khusus bagi kita para hamba Tuhan yang juga mengemban tugas sebagai gembala, ini menjadi contoh dan teladan bagi kita dalam menunaikan tugas gembala Jemaat. Harus ada nilai-nilai hidup sebagai gembala yang boleh dirasakan oleh jemaat yang kita layani. Gembala yang baik harus mau berkorban demi umat gembalaanNya. Yesus lebih jelas mengungkapkan, bahwa gembala yang baik adalah yang rela mengorbankan nyawaNya untuk domba-dombanya (untuk lebi8h rinci kita boleh baca 1 Petrus 5: 1-3).
Kemudian, kita juga sebagai orang-orang yang menyerahkan hidup dalam penggembalaan Tuhan Yesus akan memberi kita pandangan tentang Tuhan sehinggan kita tidak takut di masa-masa krisis, memberi pengharapan di masa-masa keputusasaan, damai sejahtera di masa-masa kesedihan. Dunia tempat kita tinggal adalah medan pertempuran anatar kebencian yang dalam dan kasih yang luar biasa. Pertempuran kebaikan dan kejahatan. Situasi hidup yang sering menyulitkan kita. Namun Allah yang Mahabijak tidak selalu campur tangan untuk mencegah kesulitan menghampiri hidup kita. Ia menjadi gembala bukan berarti mengahapus semua penderitaan. Allah menghargai kebebasan. Ia membiarkan pilihan-pilihan di dunia ini berjalan walaupun salah. Karena Allah jadi gembala bukanlah membuat hidup dan situasi hidup kita seperti robot. Ia membiarkan kita disakiti oleh pergumulan hidup dan masalah-malasah kita, namun ingatlah bahwa Ia senantiasa ditengah-tengah kita dan beserta dengan kita mengarungi setiap perjalanan hidup kita. Ia menangis bersama dengan kita yang berduka, Ia menderita bersama dengan kita yang kesakitan. Namun Ia memelihara, menguatkan, membatun, dan merangkul kita yang membutuhkan pertolongan. Allah yang abadi itu adalah gembala yang baik yang peduli dengan berbagai pergumulan kita, sekalipun kita berjalan dalam lembah kekelaman namun kita tetap bersama dengan Tuhan sang gembala kita. Tuhan tidak berjanji kita bebas dari sentuhan masalah, namun Tuhan berjanji bersama kita saat masalah itu terjadi.
Penutup: ada satu cerita tentang anak yang bermimpin. Si anak bermimpin bahwa Tuhan bersama dengan dimanapun dia berada. Kemudian si anak bermimpin berjalan di tepi pantai, namun dia terkejut karena jejak kaki hanya satu pasang. Ah..Tuhan ngak bersama aku rupanya. Kemudian dia berkata kepada Tuhan: Tuhan, mengapa Tuhan tidak bersama aku ketika aku berjalan di tepi pantai? Buktinya, jejak kaki hanya satu pasang. Kemudian Tuhan berkata: Aku bersamamu nak, telapak kaki satu pasang yang kau lihat itu adalah jejak kakiku, karena pada saat itu aku menggendongmu. Tuhan berjanji: “dan ketahuilah, Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (mat. 28: 20). Sering dalam pengalaman hidup, perasaan kita seakan hanya kita yang melakukan sesuatu maka sesuatu itu bias kita dapatkan atau jalani. Tetapi itu hanya karena Tuhan menyertai kita. Jika kita berdoa memohon kesembuhan dan memohon anak, dan kita belum sembuh atau punya anak. Yang timbul dalam pikiran kita, Tuhan tidak menjawab doa kita. Pada hal Dia sudah menjawab. Ketika kita kuat dalam keadaan sakit, itupun sudah jawaban doa karena Tuhan menguatkan kita dalam keadaan sakit. Ketika kita belum diberi anak, dan kita tetap percaya kepada Tuhan, itu juga sudah jawaban doa, karena kita kuat dalam keadaan yang seperti itu. Maka tetap percaya kepada Tuhan meskipun berat hidup ini. Mari ber-jubilate-lah atau bersukacitalah, karena Tuhan adalah gembala yang menuntun dan bersama dengan kita menjalani setiap proses perjalanan hidup kita.   Amin.



                                                                       

No comments:

Post a Comment

Jagalah Hatimu